Kursor

Cute Rocking Baby Monkey

Kamis, 23 Oktober 2014

PEMUDA DAN SOSIALISASI

A.      INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI
Pemuda atau generasi muda selalu dikaitkan dengan masalah. Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Masalah-masalah pemuda ini disebakan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyusuan diri dengan situasi yang baru dan timbulah harapan setiap pemuda karena akan mempunyai masa depan yang baik daripada orang tuanya. Proses perubahan itu terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) Sebagian besar pemuda mengalami pendidikan yang lebih daripada orang tuanya. Orang tua sebagai peer group yang memberikan bimbingan, pengarahan, karena merupakan norma-norma masyarakat, sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya. Banyak sekali masalah yang tidak terpecahkan karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami dan diuangkapkannya.
1.         Pengertian Pemuda
Ir.Soekarno pernah mengatakan dalam pidatonya, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia!”. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa pemuda memiliki pengaruh besar sebagai agen perubahan bagi suatu negara. Karena di tangan merekalah tongkat estafet pembangunan negara akan diwariskan. Dengan kata lain pemuda adalah generasi penerus yang dapat menciptakan perubahan pada suatu Negara bahkan dunia.
Jika dilihat dari definisi pemuda, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2009 (Pasal 1 Ayat (1)), menyebutkan, pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun. Sedangkan karakteristik pemuda menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2009 (Pasal 6) adalah memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, tanggungjawab, dan ksatria, serta memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis, dan futuristik.
2.         Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang lain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya. Dari proses tersebut, seseorang akan memliki cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau mengikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan, melainkan melalui proses sosialisasi.
Pengertian sosialisasi juga dapat berarti suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami tentang diri dan lingkungannya.
3.         Proses Sosialisasi
Berikut ini proses sosialisasi menurut George Herbert Mead :
a)        Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
b)        Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai.
c)        Tahap siap bertindak
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar keluarganya.
d)       Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama–bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya– secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Menurut Charles H. Cooley:
a)        Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
b)        Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
c)        Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri. Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya.
Jika seorang anak dicap “nakal”, maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai “anak nakal” sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.

4.         Media Sosialisasi
Media sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan lembaga pendidikan sekolah.
Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Berikut ini penjelasan mengenai Media Sosialisasi :
       Keluarga
Media sosialisasi ini meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara angkat yang tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas, media sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pembantu rumah tangga, peranan para media sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
       Teman pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
       Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.
       Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh: Penayangan acara yang mengandung unsur kekerasan di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
       Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
5.         Peranan Mahasiswa Dalam Masyarakat
Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.

B.       PEMUDA DAN IDENTITAS
1.         Pengembangan Generasi Muda
            Generasi muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah lebih baik, agar dapat ikut serta dalam mengisi pembangunan yang kini sedang berlangsung, pemuda di Indonesia sangat beraneka ragam dari sabang sampai marauke.
            Ada 3 kategori dalam mengelompokkan generasi muda berdasarkan umur dan lembaga serta luang lingkup tempat pemuda berada :
1.    Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih duduk dibangku sekolah
2.  Mahasiswa, usia antara 18 – 25 tahun berada di perguruan tinggi dan akademi
3.  Pemuda diluar lingkunagn sekolah maupun perguruan tinggi yaitu mereka     yang berusia 15 – 30 tahun keatas.
         Generasi muda dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menghadapi berbagai masalah yang perlu diupayakan penanggulangannya dengan melibatkan semua pihak.
         Pola dasar Pembina dan pengembangan generasi muda dalam Keputusan Mentri     Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang pada nomor : 0323/U/1978 tanggan 28 oktober 1978. Bertujuan agar semua pihak yang ikut serta dan yang berkepentingan untuk penanganannya harus benar-benar menggunakannya sebagai pedoman agar pelaksanaannya dapat terarah dan menyeluruh serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.
             Pola dasar Pembina dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan Pancasila, Undang-undang dasar 1945, Garis-garis Besar Haluan Negara, Sumpah Pemuda dan Proklamasi.
           Untuk mencapai pembinaan dan pengembangan bagi generasi muda yang diinginkan     dapat kita laksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.    Melaksanakan usaha kesejahteraan sosial.
2.    Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi generasi muda.
3.  Melaksanakan pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkungannya secara  terpadu dan terarah serta berkesinambungan.
4.  Menyelenggarakan kegiatan pengembangan kewirausahaan untuk generasi muda di lingkungannya.
5.    Memupuk kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab        sosial yang rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif. 
6.    Menggunakan sumber dan potensi di lingkungannya secara berswadaya secara tanggung jawab.
7.   Menguatkan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya.
8.    Menyelenggarakan usaha-usaha pencegahan permasalahan sosial yang aktual.

2.       Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh generasi muda di Indonesia
Terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. tingkat pengangguran tinggi dan menjadi beban bagi keluarga maupun negara. Berikut permasalahan yang dihadapi oleh generasi muda khususnya pemuda di Indonesia :
1.   Penyalahgunaan Obat Narkotika dan Zat Adiktif lainnya yang merusak fisik dan mental bangsa.
2.    Masih adanya anak-anak yang hidup menggelandang.
3.    Pergaulan bebas yang merujukkan pada penyimpangan perilaku (Deviant   behavior).
4.   Masuknya budaya barat (Westernisasi Culture) yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa kita yang dapat merusak mental generasi muda.
5.   Perkawinan dibawah umur yang masih banyak dilakukan oleh golongan masyarakat,  terutama di pedesaan.
6.    Masih merajalelanya kenakalan remaja dan permasalahan lainnya.
3.       Potensi-potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :
a)        Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. yang
b)       Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan,
c)        Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan.
d)       Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.
e)        Sikap Kemandirian dan Disiplin
Murni Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya.
f)         Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif.
g)        Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif.
h)       Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI.
i)          Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator.

C.      PERGURUAN DAN PENDIDIKAN
1.         Mengembangkan Pendidikan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan kita perlu melihat dari banyak sisi. Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Dengan masukan ilmiah ahli itu, pemerintah tak berdiam diri sehingga tujuan pendidikan nasional tercapai.
Masukan ilmiah yang disampaikan para ahli dari negara-negara yang berhasil menerapkannya, seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Selandia Baru dan Singapura selalu memunculkan konsep yang tidak selalu bisa diadopsi dan diadaptasi. Karena berbagai macam latar yang berbeda. Situasi, kondisi, latar budaya dan pola pikir bangsa kita tentunya tidak homogen dengan negara-negara yang diteladani. Malahan, konsep yang di impor itu terkesan dijadikan sebagai “proyek” yang bertendensi pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Artinya, proyek bukan sebagai alat melainkan sebagai tujuan.
Beberapa penerapan pola peningkatan mutu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun masih belum dapat secara langsung memberikan efek perbaikan mutu. Di antaranya adalah usaha peningkatan mutu dengan perubahan kurikulum dan proyek peningkatan lain; Proyek Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), Proyek Perpustakaan, Proyek Bantuan Meningkatkan Manajemen Mutu (BOMM), Proyek Bantuan lmbal Swadaya (BIS), Proyek Pengadaan Buku Paket, Proyek Peningkatan Mutu Guru, Dana Bantuan Langsung (DBL), Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM). Dengan memperhatikan sejumlah proyek itu, dapatlah kita simpulkan bahwa pemerintah telah banyak menghabiskan anggaran dana untuk membiayai proyek itu sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.
2.         PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
3.         PERGURUAN TINGGI
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua:
1)     Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
2)   Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak  swasta.
4.         ALASAN UNTUK BERKESEMPATAN MENGENYAM PENDIDIKAN TINGGI
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka mamiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat di dalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama di bangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara berencana, dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang lebih baik dari keseluruhan generasi muda lainnya.
PERMASALAHAN YANG TELAH DIALAMI
Masa remaja memamng masa yang menyenangkan bisa jadi masa remaja adalah masa yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang, tapi terkadang semuanya menjadi berbanding terbalik karena banyak permasalah maupun tekanan yang mulai terjadi secara general. disini saya kan menceritakan permasalah yang pernah terjadi.
Saya dituntut untuk menentukan pilihan yang tidak mudah bagi anak berusia sekitar 13 atau 14 tahun, masa dimana peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Ya mungkin masalah yang saya alami ini tidak serumit masalah-masalah yang mungkin pernah terjadi dikehidupan kalian.
Waktu itu tepat lulusan sekolah menengah pertama saya, seperti biasa kesibukkan yang dilakukan anak-anak setelah lulus dibangku SMP yaitu menentukan akan masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), tapi tidak bagi saya, saya bukan hanya menentukan akan masuk SMA atau SMK tapi menentukan untuk menuruti kemauan mama untuk sekolah diluar kota, atau sekolah di SMA dekat rumah, karena dahulu mama saya pernah mempunyai amanah oleh pendiri Yayasan diluar kota untuk menyekolahkan saya di Yayasan yang didirikannya.
Yang ada dibenak saya waktu itu hanya kata “AMANAH” terlebih lagi pendiri yayasan tersebut sudah meninggal, saya rasa saya sudah cukup dewasa untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Entah seberapa besarpun rasa untuk menerima kenyataan bahwa harus sekolah di kota yang bisa dibilang terpencil, serta kondisi dan situasi yang sangat berbeda.
Waktu terus berlalu seakan tak ingin berhenti untuk membiarkan saya tetap berada dikota yang selama ini saya tinggal. Tiba waktunya dimana saya harus benar-benar meninggalkan kota bekasi ini dan menuju tempat saya menuntut ilmu selama 3 tahun kedepan. Masih teringat jelas dalam bayangan saya pertama kali sampai di kota tujuan untuk bersekolah.
Masih ya masih teringat ketika mama saya yang selalu menemani saya selama disana, tapi sayang mama tak bisa berlama-lama disana dan berlama-lama untuk menemani anak perempuan pertamanya ini. Dan yang menyedihkan dimana hari pertama saya Masa Orientasi Siswa/I (MOS) siangnya mama harus kembali kerumah. Ada rasa enggan untuk pergi kesekolah itu, untuk tinggal disini, ingin rasanya ikut mama untuk pulang, tapi harus bagaimana ini sudah jalannya, saya hanya bisa berdo’a semoga dengan menuruti kemauan mama dan amanah itu semuanya memang yang terbaik untuk saya.
MOS pada hari itu berjalan datar-datar saja, ya saya hanya duduk diam dan mengikuti semua acara yang berlangsung. Selama disana memang diri saya disana tapi entah fikiran saya kabur kemana-mana terlebih memikirkan kepulangan mama dan meninggalkan saya dikota kecil ini sendirian, ya hanya sendirian.
Sepulang saya dari acara yang bisa dibilang sangat membosankan itu saya terenyuh saat melihat rumah kecil dan membayangkan ditempat ini saya harus tinggal selama 3 tahun dan itu bukan waktu yang sebentar, dan saya menemukan sepotong surat dari mama dikamar tidur, hanya bisa menangis melihat kata-perkata yang mama tuliskan. Ingin rasanya teriak “maaaa…. Nitha mau ikut pulang, pulang bareng mama kumpul sama keluarga nitha ngga mau disini maaa”.
Ya sudah hari pun terus bergulir menjalani kehidupan yang baru ini dengan orang-orang yang baru juga, dan terimakasih utuk Mba Ais yang selalu nemenin nitha selama disana, makasih untuk nasihat dan pelajaran-pelajaran yang sangat berarti, yang mungkin tak akan pernah dirasakan sebelumnya.
Mulai membuka lembaran baru menerima dengan Ikhlas keputusan yang sudah diambil, tak terasa waktu berjalan begitu cepat tiba waktunya dimana setlah UAS (Ulangan Akhir Semester) pasti lah yaa ada libur dan memamang setiap libur semester saya selalu pulang ke Bekasi. Ya sekitar 6 bulan sekali saya bisa pulang kerumah yang memang sederhana tapi mengesankan dan kamar kecil yang sangat nyaman.
Untuk kepulangan pertama dan kedua memang masih sangat berat untuk kembali kesana waktu 2 minggu tidak cukup untuk menikmati keindahan kota Bekasi kenyamanan berada ditengah-tengah keluarga yang menyenangkan. Bahkan terkadang mengeluarkan air mata saat papa, mama, dan adik mengantarku di terminal untuk kembali bersekolah. Tak hanya aku terkadang merekapun masih mengeluarkan air mata, rasanya tambah berat saja meninggalkan kota ini.
Tak hanya berhenti disitu terkadang saya dan orang tua membahas tentang perpindahan sekolah, ya saya memang masih terbawa sikap kekanak-kanakan. Sempat orang tua mengirimkan beberapa rekomendasi sekolah untuk saya dibekasi, tapi entah hati ini masih terlalu labil terkadang masih ingin memaksakan dan meyakinkan diri kalau saya kuat menjalani ini, toh semuanya berjalan baik-baik saja, dan tak sudah 3 semester saya lalui dikota ini.
Mama masih sering menanyakan hal yang sama saat saya sudah kelas 3, ya saya hanya bisa menjawab “tanggung ma, kurang dari setahun kok selesai kan udah naik kelas 3”, mama hanya bisa berucap syukur dan menasehati saya.
Tak terasa kan ternyata 3 tahun yang saya bayangkan tidak seburuk yang saya jalani kok, akhirnya saya dapat menyelesaikan sekolah saya selama 3 tahun dikota itu. Terimakasih Allah telah memudahkan semua perjalan ini, terimakasih Mama Papa atas semangat dan pengertiannya, anakmu ini cukup tangguh kok, terimakasih Bapak/Ibu guru atas perhatiannya yang begitu besar, terimakasih teman-teman yang sangat mengasyikkan.
Sumber :
Buku MKDU Ilmu Sosial Dasar, Oleh : Harwantiyoko, Neltjie F. Katuuk